TAJAM
Tajam,
itukah dirimu?
Dengan
kata kata kau dapat menyayat
Dengan
ucapan kau dapat menusuk
Ternyata
tajam memang
Tak
usah berharap lagi pelangi kan tiba
Hujan
saja tak lagi ingin singgah
“muak”
katanya
Apa
lagi yang dinanti?
Kekecewaan
sudah menunjukan bahasa tubuhnya
Berapa
lama lagi bertahan?
Diantara
luka, kau tetap jadi obatnya
Diantara
perih, kau tetap jadi penyejuknya
Berapa
lama lagi bertahan?
Sampai
rasa ini teriris sepi?
Sampai
tajamu membunuhku?
Sudahlah
Jangan
lagi bujuk kenangan untuk pergi
Biar
ia yang temani ku dalam bisu
Sedang
air mata enggan bertahan
Sedang
rindu mulai mencari jalan pertemuan
Lalu
biarlah aku menguap dalam penantian
Dapatkah
kau mengarahkan tajammu?
Seperti
aku yang buta,
Bahkan
masih mampu memesanimu warna pelangi
Seperti
ditelaga yang paling tenang,
Airnya
memendam pilu dikedalaman yang tak dapat kau sangka
Seperti
aku yang meneriakan namamu ditengah ruang kosong
namun
berakhir dalam gema begitu saja
Tajammu
menghadirkan luka
Namun
juga begitu indah, bahkan sulit untuk ku gapai
Dekat,
namun tak dapat kuraih
Dirimu
terlalu tajam
INDAHNYA
ALAM NEGERI INI
Kicauan burung terdengar merdu
Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku
Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk , tenang , senang kurasakan
Membuatku
seperti melayang kegirangan
Wahai pencipta alam
Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam
Desiran angin yang berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga
Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna
AYAH
Ku ingin benih cinta yang kau
tanam menjadi rimbun kelak nanti
Takkan kusiakan setiap harta yang
kau keluarkan untuk memupuknya
Ku tahu,
Mimpi indahmu adalah saat kau
lihat senyum bahagiaku
Ku sadar,
Tak ada yang kau dapat dariku
selain kesulitan saat aku lahir sampai hari ini
Mungkin ketika kau melihatku
meraih apa yang kau perjuangkan,
rambutmu telah memutih,
lalu menghantarmu
semakin jauh
nyata
tanpa tahu alasannya, otaku
seakan tak berstuktur
melebur
ada yang membawamu pergi
aku beraliansi untuk tetap tinggal
tolong aku ayah, aku dikunyah
sepi
tolong aku ayah, ternyata bungkam
itu mati
temani aku ayah, hampa itu gelap
biarlah
tunggu sakitnya mereda
biarlah
ayah pergilah
ayah berbahagialah, tak apa
aku akan bersiap
ketika kelak kita kembali bertemu
jika kau tak mengenali rupaku,
tak apa
namun
saatku sebutkan namaku,
setidaknya gendang telingamu sedikit bergetar
dingin dalam hatimu sedikit
mencair
lalu kita berjalan
dibawah bintang diujung muara
dalam keabadian tidurmu, tiap
malam
aku mengumpulkan bunga dalam
tidurmu
sembari berharap, kau akan terus
bersamaku
hingga detik menunjukan pukul dua
belas
aku terus berimaji
teruslah bersamaku, ayah
duduklah denganku, menikmati
senja
tertawa dibawah purnama
seperti dulu, masih teringat
dirasa
ALAM
Ku
buka mata ..
cahaya
pagi menembus kaca jendela ..
Semerbak
mawar merah dan putih merekah ..
Ku
buka jendela ..
Ku
hirup udara segar ..
Melihat
kabut tebal masih menyelimuti bumi ..
Setetes
embun membasahi daun ..
Kicauan
indah terdengar di telinga ..
Angin
berhembus halus menembus kulit
Ku
lihat awan seputih melati ..
Juga
langit, sebiru lautan samudra ..
Kini
kusiap menghadapi hari yang baru ..
Dan
indahnya bumi ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar