Kamis, 14 Januari 2016

Kumpulan Puisi

TAJAM



Tajam, itukah dirimu?

Dengan kata kata kau dapat menyayat

Dengan ucapan kau dapat menusuk

Ternyata tajam memang

Tak usah berharap lagi pelangi kan tiba

Hujan saja tak lagi ingin singgah

“muak” katanya

Apa lagi yang dinanti?

Kekecewaan sudah menunjukan bahasa tubuhnya


Berapa lama lagi bertahan?

Diantara luka, kau tetap jadi obatnya

Diantara perih, kau tetap jadi penyejuknya

Berapa lama lagi bertahan?

Sampai rasa ini teriris sepi?

Sampai tajamu membunuhku?


Sudahlah

Jangan lagi bujuk kenangan untuk pergi

Biar ia yang temani ku dalam bisu

Sedang air mata enggan bertahan

Sedang rindu mulai mencari jalan pertemuan

Lalu biarlah aku menguap dalam penantian


Dapatkah kau mengarahkan tajammu?

Seperti aku yang buta,

Bahkan masih mampu memesanimu warna pelangi

Seperti ditelaga yang paling tenang,

Airnya memendam pilu dikedalaman yang tak dapat kau sangka


Seperti aku yang meneriakan namamu ditengah ruang kosong

namun berakhir dalam gema begitu saja


Tajammu menghadirkan luka

Namun juga begitu indah, bahkan sulit untuk ku gapai

Dekat, namun tak dapat kuraih
                                                               
                                                                Dirimu terlalu tajam     





INDAHNYA ALAM NEGERI INI


Kicauan burung terdengar merdu

Menandakan adanya hari baru

Indahnya alam ini membuatku terpaku

Seperti dunia hanya untuk diriku


Kupejamkan mataku sejenak

Kurentangkan tanganku sejenak

Sejuk , tenang , senang kurasakan

Membuatku seperti melayang kegirangan 


Wahai pencipta alam

Kekagumanku sulit untuk kupendam

Dari siang hingga malam

Pesonanya tak pernah padam


Desiran angin yang berirama di pegunungan 

Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan

Begitu indah rasanya

Bak indahnya taman di surga


Keindahan alam terasa sempurna

Membuat semua orang terpana

Membuat semua orang terkesima

Tetapi, kita harus menjaganya

Agar keindahannya takkan pernah sirna





AYAH



Ku ingin benih cinta yang kau tanam menjadi rimbun kelak nanti

Takkan kusiakan setiap harta yang kau keluarkan untuk memupuknya

Ku tahu,

Mimpi indahmu adalah saat kau lihat senyum bahagiaku

Ku sadar,

Tak ada yang kau dapat dariku selain kesulitan saat aku lahir sampai hari ini

Mungkin ketika kau melihatku meraih apa yang kau perjuangkan,

rambutmu telah memutih,

lalu menghantarmu

semakin jauh

nyata

tanpa tahu alasannya, otaku seakan tak berstuktur

melebur

ada yang membawamu pergi

aku beraliansi untuk tetap tinggal

tolong aku ayah, aku dikunyah sepi

tolong aku ayah, ternyata bungkam itu mati

temani aku ayah, hampa itu gelap

biarlah

tunggu sakitnya mereda

biarlah

ayah pergilah

ayah berbahagialah, tak apa

aku akan bersiap


ketika kelak kita kembali bertemu

jika kau tak mengenali rupaku, tak apa

namun

saatku sebutkan namaku, setidaknya gendang telingamu sedikit bergetar

dingin dalam hatimu sedikit mencair

lalu kita berjalan

dibawah bintang diujung muara

dalam keabadian tidurmu, tiap malam

aku mengumpulkan bunga dalam tidurmu

sembari berharap, kau akan terus bersamaku


hingga detik menunjukan pukul dua belas

aku terus berimaji

teruslah bersamaku, ayah

duduklah denganku, menikmati senja

tertawa dibawah purnama

seperti dulu, masih teringat dirasa





ALAM




Ku buka mata ..

cahaya pagi menembus kaca jendela ..

Semerbak mawar merah dan putih merekah ..

Ku buka jendela ..

Ku hirup udara segar ..


Melihat kabut tebal masih menyelimuti bumi ..

Setetes embun membasahi daun ..

Kicauan indah terdengar di telinga ..

Angin berhembus halus menembus kulit


Ku lihat awan seputih melati ..

Juga langit, sebiru lautan samudra ..

Kini kusiap menghadapi hari yang baru ..

Dan indahnya bumi ..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar