Bumi merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang diyakini
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya tata surya itu sendiri, yaitu sekitar
5.000 juta tahun yang lalu. Para ahli memperkirakan bahwa matahari terbentuk
terlebih dahulu, sedangkan planet-planet termasuk bumi masih dalam wujud awan,
debu, dan gas kosmis yang disebut nebula yang berputar mengelilingi matahari.
Awan, debu, dan gas kosmis tersebut terus berputar dan pada akhirnya bersatu
karena pengaruh gravitasi, kemudian mengelompok membentuk bulatan-bulatan bola
besar disebut planet, termasuk di dalamnya Planet Bumi.
Bumi pada awalnya merupakan planet yang sangat panas, suhu permukaannya mencapai 4.000° C. Dalam jangka waktu jutaan tahun, suhu bumi kemudian turun dan mengakibatkan terjadinya pembekuan bagian permukaan bumi disebut kerak atau kulit bumi (litosfer), sedangkan bagian dalam Planet Bumi sampai saat ini masih dalam keadaan panas dan berpijar. Bumi terbentuk ketika tata suraya ini juga terbentuk.
A. Teori Terbentuknya
dan Perubahan Kulit Bumi
Kulit bumi dari waktu ke waktu mengalami perubahan, hal ini kemudian menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang, dan prediksi pada masa yang akan datang. Teori-teori mengenai terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut.
1. Teori Kontraksi (Contraction Theory)
Teori ini dikemukakan
kali pertama oleh Descrates (1596–1650). Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama
semakin susut dan mengerut disebabkan terjadinya proses pendinginan sehingga di
bagian permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
Teori Kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Keduanya berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan pada bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
2. Teori Dua Benua
(Laurasia-Gondwana Theory)
Teori ini menyatakan
bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu
Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi.
Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi sehingga
pada akhirnya terpecah-pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Laurasia
terpecah menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah
menjadi Afrika, Australia, dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali
pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.
3. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori pengapungan benua
dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di
bumi hanya ada satu benua maha besar disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut
kemudian terpecah-pecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar
laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua
tersebut bergerak ke arah barat menuju ekuator. Teori ini didukung oleh
bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika
Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil di kedua daerah
tersebut.
4. Teori Konveksi
(Convection Theory)
Menurut Teori Konveksi
yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Robert Diesz, dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam
keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi
yang berada di atasnya. Ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava
sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudra), lava
tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggeser
dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
5. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)
Teori Lempeng Tektonik
dikemukakan oleh Tozo Wilson. Berdasarkan Teori Lempeng Tektonik, kulit bumi
terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer
yang berwujud cair kental. Lempenglempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu
bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan
astenosfer dengan posisi berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
B. Teori Pengukuran Umur Bumi
Berapakah umur bumi? Pengukuran umur bumi masih menjadi perdebatan. Karena teori-teori pengukuruan umur bumi memiliki hasil yang berbeda satu sama yang lain. Teori-teori pengukuruan umur bumi tersebut antara laih:
1. Teori Kadar Garam
Menurut teori ini
pengukuran umur bumi didasarkan pada kadar garam di laut. Mula-mula laut
merupakan air tawar, dengan adanya sirkulasi air maka air yang mengalir dari
darat ke laut membawa unsur garam. Keadaan semacam ini berlangsung
terus-menerus sepanjang abad. Dengan diketahuinay kenaikan kadar garam tiap
tahun, dan dibandingkan dengan kadar garam saat ini, maka dihasilakan
perhitungan bahwa bumi telah terbentuk kurang dari 1000 juta tahun yang lalu.
2. Teori Sedimen
Teori ini berdasarkan
pada perhitungan lapisan sedimen yang membentuk batuan untuk mengukur umur
bumi. Dengan mengetahui ketebalan lapisan sedimen rata-rata yang terbentuk tiap
tahunnya, dan dibandingkan dengan tebal batuan sedimen yang terdapat di bumi
sekarang, maka dapat dihitung umur lapisan tertua kulit bumi. Berdasarkan teori
sedimen tersebut, bumi terbentuk kurang dari lebih 500 juta tahun yang lalu.
3. Teori Termal
Menurut teori termal
pengukuran umur bumi didasarkan pada suhu bumi. Mula-mula bumi merupakan batuan
yang sangat panas dan lama kelamaan mendingin. Diketahuinya massa dan suhu bumi
sekarang, ahli fisika Elfin dari Inggris memperkirakan bahwa perubahan bumi
menjadi dingin memerlukan waktu kurang lebih 20.000 juta tahun.
4. Teori Radioaktif
Pengukuran umur bumi
menurut teori radioaktif di dasarkan pada peluruhan unsur-unusr radioaktif.
Dengan memperhatikan perbandingan antara kadar unsur radioaktif dan unsur hasil
peluruhan dalam suatu batuan, maka dapat diukur umur suatu batuan. Berdasarkan
teori ini diperkirakan umur bumi adalah 5-7 ribu juta tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar