Sebulan Mungkin Cukup
Mungkin hal ini, pernah anda
alami, persahabatan yang begitu singkat. Tapi ingat kebahagiaan ada pada diri
kita sendiri, selain itu kita juga dapat membahagiakan orang lain. Cerita ini
hanyalah khayalan belaka yang terlintas di pikiranku, kemudian aku menulisnya
dalam bentuk Cerpen. Yang mungkin dengan ini aku dapat lebih banyak mendapatkan
support, kalau begitu aku mulai:
Kringgg,
Kringgg!! Suara yg tak asing lagi yang di dengar Aren, bunyi jam alarm. dia pun
terbangun dengan tubuh masih setengah sadar, kemudian lama kelamaan dia
tertidur kembali. Tapi suara ibu membangunkannya.
“Ren, Ren Ayo bangun nanti telat.” Suara ibunya membangunkan Aren.
“Baik bu.” Sedikit kesal dalam hati.
“Ren, Ren Ayo bangun nanti telat.” Suara ibunya membangunkan Aren.
“Baik bu.” Sedikit kesal dalam hati.
Dia pun
beranjak dari tempat tidur, dan mandi. Setelah mandi Aren melihat jam ternyata
sudah hampir pukul 07:00. Dia pun bergegas berpakaian dan mempercepat sarapan
paginya yang dibuatkan oleh ibunya. Dia pun lupa akan segalanya, dan mepercepat
langkahnya ke sekolah.
Hari
pertama belajar seusai bulan ramadhan, Aren menoleh ke kiri. Dia pun melihat
cewek baru itu, ingin kenalan dengan cewek itu tapi gue malu!! Kata Aren dalam
hati.
Bunyi
bell berbunyi, tanda jam istirahat tiba. Aren ke tempat nongkrong yang biasa
dia tempati untuk duduk menyendiri tanpa teman. Tak lama kemudian cewek yang
pendiam itu melintas di hadapannya. Dengan muka malu dia pun menyapanya.
“Hai, kamu yang disana” sapaku dengan muka gugup.
“Maksud kamu, aku?” Tanyanya
“Iya kamu, sini duduk.”
“Tunggu” Iya pun berjalan untuk duduk di sampingku.
“Kita boleh, bertemankan?” Tanyaku
“Boleh.”
“Kalau boleh, siapa nama kamu?”
“Nama aku Annie, kalau kamu?”
“Aku Aren, kalau begitu kita sekarang berteman kan. Mmmm, kok kamu kalau di kelas pendiam amat, nggak mau berteman pula.”
“Ohh, kalau itu aku di suruh sama ayahku, agar berteman dengan orang-orang baik saja. Kan di kelas orangnya pada jail semua. Kalau kamu kenapa selalu menyendiri?”
“Itu karena aku yang pernah ngalamin kejadian menyakitkan?” Sambil menundukkan kepala.
“Ohh.. kalau begitu nggak usah di cerita. Aku mengerti kok bagaimana perasaan kamu”.
“Hai, kamu yang disana” sapaku dengan muka gugup.
“Maksud kamu, aku?” Tanyanya
“Iya kamu, sini duduk.”
“Tunggu” Iya pun berjalan untuk duduk di sampingku.
“Kita boleh, bertemankan?” Tanyaku
“Boleh.”
“Kalau boleh, siapa nama kamu?”
“Nama aku Annie, kalau kamu?”
“Aku Aren, kalau begitu kita sekarang berteman kan. Mmmm, kok kamu kalau di kelas pendiam amat, nggak mau berteman pula.”
“Ohh, kalau itu aku di suruh sama ayahku, agar berteman dengan orang-orang baik saja. Kan di kelas orangnya pada jail semua. Kalau kamu kenapa selalu menyendiri?”
“Itu karena aku yang pernah ngalamin kejadian menyakitkan?” Sambil menundukkan kepala.
“Ohh.. kalau begitu nggak usah di cerita. Aku mengerti kok bagaimana perasaan kamu”.
Mulai
sekarang kami pun berteman, bell berbunyi bertanda jam istirahat usai. Kami pun
menuju ke kelas, setelah sampai di kelas kami duduk di tempat masing-masing.
Disaat guru pembimbing masuk ke kelas Aren ingin mengeluarkan tugas
ramadhannya, ternyata dia melupakannya di meja belajarku. “Tak kusangka Annie
juga lupa membawa tugasnya” kata Aren dalam hati. Guru yang mengajar pun marah
dan menyuruh mereka berdua keluar dari kelas dan berdiri sampai pelajaran usai.
mereka di suruh berdiri dan menggatungkan kardus di leher yang bertuliskan
“ORANG MALAS”. Aren bertanya ke Annie
“Malu?” Tanyanya.
“Malu, kamu?” dengan muka heran.
“Malu, Untuk apa malu?” Aku pun tersenyum bersama
“Malu?” Tanyanya.
“Malu, kamu?” dengan muka heran.
“Malu, Untuk apa malu?” Aku pun tersenyum bersama
Bell
pulang berbunyi, tanda kalau mereka berhenti di hukum. Mereka pun masuk ke
kelas untuk mengambil tas dan pulang ke rumah masing-masing. Lima belas hari
setelah mereka berkenalan, Aren dan Annie semakin dekat seperti saudara. Hari
ke enam belas setelah perkenalannya, Aren mulai yakin kalau Annie adalah teman
yang baik. Tidak sama seperti Bulan lalu Aren lebih sering sendiri, tapi
sekarang dia lebih sering berdua dengan Annie. Annie juga, dia yang dulu selalu
diam, sekarang sudah sering ceritakan curhat ke Aren.
Pulang
sekolah Aren jalan bersama dengan Annie, dan mengantarkannya pulang ke rumah.
Sampai di rumahnya, aku melihat Annie sangat di jaga ketat oleh ayahnya,
Mungkin itu yang membuat Annie hanya berteman dengan siswa-siswi tertentu. Aren
pun melambaikan tangan, lalu pulang ke rumah.
Malam
itu Aren mengambil kain hangat untuk kubuat menjadi sarung yang nantinya akan
dia berikan ke Annie. Tak terasa sudah tengah malam dan sarung tangannya pun
jadi. Aren pun tidur dan bangun lebih cepat dari biasanya.
Esok
harinya Annie ternyata tidak hadir di sekolah, dia pun duduk menyendiri
kembali. Sepulang sekolah Aren ngga langsung pulang, tapi dia singgah di rumah
Annie untuk memberikan sarung tangan buatannya, sekaligus menjenguk Annie. Aren
pun mengetuk pintu rumah Annie dan ternyata yang keluar adalah ayahnya.
“Assalamu Alaikum Om”
“Wassalamu Alaikum nak, Ada apa?” Tanyanya
“Aku teman baik Annie om, Annie nya ada?”
“Ada, memang kenapa nak?”
“Om, Kok Annie tidak ke sekolah?”
“Ohh Annie, Annie sekarang sakit nak.”
“Boleh nengok Annie, Om?”
“Iya nak, masuk.” Sambil mengantarkan Aren ke kamar Annie.
“Assalamu Alaikum Om”
“Wassalamu Alaikum nak, Ada apa?” Tanyanya
“Aku teman baik Annie om, Annie nya ada?”
“Ada, memang kenapa nak?”
“Om, Kok Annie tidak ke sekolah?”
“Ohh Annie, Annie sekarang sakit nak.”
“Boleh nengok Annie, Om?”
“Iya nak, masuk.” Sambil mengantarkan Aren ke kamar Annie.
Aren
melihat Annie terbaring di tempat tidurnya. dia pun segera memberikan sesuatu
yaitu kenang-kenangan berupa sarung tangan bertuliskan BestFriend. kemudian
berpamitan, dan pulang ke rumah. Sampai di rumah ibu Aren menunggu di teras
rumah.
“Aren, kamu dari mana ajah? Kok jam segini baru pulang?” Tanyanya sambil marah
“Maaf Bu, aku tadi dari jenguk teman yang sakit.” Jawab Aren.
“Kalau begitu, cepat ganti baju lalu sarapan”
“Aren, kamu dari mana ajah? Kok jam segini baru pulang?” Tanyanya sambil marah
“Maaf Bu, aku tadi dari jenguk teman yang sakit.” Jawab Aren.
“Kalau begitu, cepat ganti baju lalu sarapan”
Tiga
hari kemudian Annie pun sembuh. Aren pun mengajaknya ngobrol, dan menanyakan
tentang penyakitnya. Lalu Aren memegang dahinya untuk memastikan kalau dia
tidak demam lagi. Selagi mereka bersama, Aren juga ingin menceritakan semua
tentangnya.
Hari-hari
telah berlalu, kini semua menjadi indah. Pohon yang dulunya layu sekarang
subur, begitu pula hidup Aren, dia yang dulunya penyendiri lebih suka berdua.
Hingga pada hari ke Dua puluh Sembilan Annie menceritakan sesuatu yang sangat
penting kepadanya.
“Aren, Ada yang mau aku bertitahukan ke kamu.”
“Apaan? Ngomong aja.” Jawab Aren.
“Besok aku akan pindah ke Kalimantan, jadi kita berpisah disini yah. Aku akan ingat kenangan yang kita lewati bersama..?!!”
“Tapi, besok kesebulan kita berteman.”
“Nggak usah nangis donk, aku akan selalu ngingat kamu kok.”
“Janji yah.”
“Iya aku janji, ini gelang sebagai kenang-kenangan.” Jawabnya dengan senyum lebar.
“Aren, Ada yang mau aku bertitahukan ke kamu.”
“Apaan? Ngomong aja.” Jawab Aren.
“Besok aku akan pindah ke Kalimantan, jadi kita berpisah disini yah. Aku akan ingat kenangan yang kita lewati bersama..?!!”
“Tapi, besok kesebulan kita berteman.”
“Nggak usah nangis donk, aku akan selalu ngingat kamu kok.”
“Janji yah.”
“Iya aku janji, ini gelang sebagai kenang-kenangan.” Jawabnya dengan senyum lebar.
Mereka
pun berjanji kelingking dan hari esok pun tiba hari ke tiga puluh mereka
berteman. Sore itu Aren langsung ke pelabuhan, pas di saat kapal yang Annie
tumpangi berangkat. Aren pun melambaikan tangan dengan air mata yang mengalir
di pipinya.
“Kukira semua akan terjadi untuk selamanya, Tetapi hanya sebulan kami bersama dan dia pindah ke Kalimantan.” Kata Aren dalam hati. Cukup jauh memang tapi Aren masih menyimpan kenangan yang di berikan oleh Annie, yang bertuliskan “FRIEND”. Dengan suara terkeras Aren, diapun berteriak ke lautan “Aku Akan Selalu Mengingatmu Meskipun Pertemanan Kita Hanya Sebulan”.
“Kukira semua akan terjadi untuk selamanya, Tetapi hanya sebulan kami bersama dan dia pindah ke Kalimantan.” Kata Aren dalam hati. Cukup jauh memang tapi Aren masih menyimpan kenangan yang di berikan oleh Annie, yang bertuliskan “FRIEND”. Dengan suara terkeras Aren, diapun berteriak ke lautan “Aku Akan Selalu Mengingatmu Meskipun Pertemanan Kita Hanya Sebulan”.
TAMAT
Cerpen
Karangan: Fadhil Alanshory
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar