Rabu, 30 Oktober 2013

Cerpen Persahabatan


Sebulan Mungkin Cukup

Mungkin hal ini, pernah anda alami, persahabatan yang begitu singkat. Tapi ingat kebahagiaan ada pada diri kita sendiri, selain itu kita juga dapat membahagiakan orang lain. Cerita ini hanyalah khayalan belaka yang terlintas di pikiranku, kemudian aku menulisnya dalam bentuk Cerpen. Yang mungkin dengan ini aku dapat lebih banyak mendapatkan support, kalau begitu aku mulai:
Kringgg, Kringgg!! Suara yg tak asing lagi yang di dengar Aren, bunyi jam alarm. dia pun terbangun dengan tubuh masih setengah sadar, kemudian lama kelamaan dia tertidur kembali. Tapi suara ibu membangunkannya.
“Ren, Ren Ayo bangun nanti telat.” Suara ibunya membangunkan Aren.
“Baik bu.” Sedikit kesal dalam hati.
Dia pun beranjak dari tempat tidur, dan mandi. Setelah mandi Aren melihat jam ternyata sudah hampir pukul 07:00. Dia pun bergegas berpakaian dan mempercepat sarapan paginya yang dibuatkan oleh ibunya. Dia pun lupa akan segalanya, dan mepercepat langkahnya ke sekolah.
Hari pertama belajar seusai bulan ramadhan, Aren menoleh ke kiri. Dia pun melihat cewek baru itu, ingin kenalan dengan cewek itu tapi gue malu!! Kata Aren dalam hati.
Bunyi bell berbunyi, tanda jam istirahat tiba. Aren ke tempat nongkrong yang biasa dia tempati untuk duduk menyendiri tanpa teman. Tak lama kemudian cewek yang pendiam itu melintas di hadapannya. Dengan muka malu dia pun menyapanya.
“Hai, kamu yang disana” sapaku dengan muka gugup.
“Maksud kamu, aku?” Tanyanya
“Iya kamu, sini duduk.”
“Tunggu” Iya pun berjalan untuk duduk di sampingku.
“Kita boleh, bertemankan?” Tanyaku
“Boleh.”
“Kalau boleh, siapa nama kamu?”
“Nama aku Annie, kalau kamu?”
“Aku Aren, kalau begitu kita sekarang berteman kan. Mmmm, kok kamu kalau di kelas pendiam amat, nggak mau berteman pula.”
“Ohh, kalau itu aku di suruh sama ayahku, agar berteman dengan orang-orang baik saja. Kan di kelas orangnya pada jail semua. Kalau kamu kenapa selalu menyendiri?”
“Itu karena aku yang pernah ngalamin kejadian menyakitkan?” Sambil menundukkan kepala.
“Ohh.. kalau begitu nggak usah di cerita. Aku mengerti kok bagaimana perasaan kamu”.
Mulai sekarang kami pun berteman, bell berbunyi bertanda jam istirahat usai. Kami pun menuju ke kelas, setelah sampai di kelas kami duduk di tempat masing-masing. Disaat guru pembimbing masuk ke kelas Aren ingin mengeluarkan tugas ramadhannya, ternyata dia melupakannya di meja belajarku. “Tak kusangka Annie juga lupa membawa tugasnya” kata Aren dalam hati. Guru yang mengajar pun marah dan menyuruh mereka berdua keluar dari kelas dan berdiri sampai pelajaran usai. mereka di suruh berdiri dan menggatungkan kardus di leher yang bertuliskan “ORANG MALAS”. Aren bertanya ke Annie
“Malu?” Tanyanya.
“Malu, kamu?” dengan muka heran.
“Malu, Untuk apa malu?” Aku pun tersenyum bersama
Bell pulang berbunyi, tanda kalau mereka berhenti di hukum. Mereka pun masuk ke kelas untuk mengambil tas dan pulang ke rumah masing-masing. Lima belas hari setelah mereka berkenalan, Aren dan Annie semakin dekat seperti saudara. Hari ke enam belas setelah perkenalannya, Aren mulai yakin kalau Annie adalah teman yang baik. Tidak sama seperti Bulan lalu Aren lebih sering sendiri, tapi sekarang dia lebih sering berdua dengan Annie. Annie juga, dia yang dulu selalu diam, sekarang sudah sering ceritakan curhat ke Aren.
Pulang sekolah Aren jalan bersama dengan Annie, dan mengantarkannya pulang ke rumah. Sampai di rumahnya, aku melihat Annie sangat di jaga ketat oleh ayahnya, Mungkin itu yang membuat Annie hanya berteman dengan siswa-siswi tertentu. Aren pun melambaikan tangan, lalu pulang ke rumah.
Malam itu Aren mengambil kain hangat untuk kubuat menjadi sarung yang nantinya akan dia berikan ke Annie. Tak terasa sudah tengah malam dan sarung tangannya pun jadi. Aren pun tidur dan bangun lebih cepat dari biasanya.
Esok harinya Annie ternyata tidak hadir di sekolah, dia pun duduk menyendiri kembali. Sepulang sekolah Aren ngga langsung pulang, tapi dia singgah di rumah Annie untuk memberikan sarung tangan buatannya, sekaligus menjenguk Annie. Aren pun mengetuk pintu rumah Annie dan ternyata yang keluar adalah ayahnya.
“Assalamu Alaikum Om”
“Wassalamu Alaikum nak, Ada apa?” Tanyanya
“Aku teman baik Annie om, Annie nya ada?”
“Ada, memang kenapa nak?”
“Om, Kok Annie tidak ke sekolah?”
“Ohh Annie, Annie sekarang sakit nak.”
“Boleh nengok Annie, Om?”
“Iya nak, masuk.” Sambil mengantarkan Aren ke kamar Annie.
Aren melihat Annie terbaring di tempat tidurnya. dia pun segera memberikan sesuatu yaitu kenang-kenangan berupa sarung tangan bertuliskan BestFriend. kemudian berpamitan, dan pulang ke rumah. Sampai di rumah ibu Aren menunggu di teras rumah.
“Aren, kamu dari mana ajah? Kok jam segini baru pulang?” Tanyanya sambil marah
“Maaf Bu, aku tadi dari jenguk teman yang sakit.” Jawab Aren.
“Kalau begitu, cepat ganti baju lalu sarapan”
Tiga hari kemudian Annie pun sembuh. Aren pun mengajaknya ngobrol, dan menanyakan tentang penyakitnya. Lalu Aren memegang dahinya untuk memastikan kalau dia tidak demam lagi. Selagi mereka bersama, Aren juga ingin menceritakan semua tentangnya.
Hari-hari telah berlalu, kini semua menjadi indah. Pohon yang dulunya layu sekarang subur, begitu pula hidup Aren, dia yang dulunya penyendiri lebih suka berdua. Hingga pada hari ke Dua puluh Sembilan Annie menceritakan sesuatu yang sangat penting kepadanya.
“Aren, Ada yang mau aku bertitahukan ke kamu.”
“Apaan? Ngomong aja.” Jawab Aren.
“Besok aku akan pindah ke Kalimantan, jadi kita berpisah disini yah. Aku akan ingat kenangan yang kita lewati bersama..?!!”
“Tapi, besok kesebulan kita berteman.”
“Nggak usah nangis donk, aku akan selalu ngingat kamu kok.”
“Janji yah.”
“Iya aku janji, ini gelang sebagai kenang-kenangan.” Jawabnya dengan senyum lebar.
Mereka pun berjanji kelingking dan hari esok pun tiba hari ke tiga puluh mereka berteman. Sore itu Aren langsung ke pelabuhan, pas di saat kapal yang Annie tumpangi berangkat. Aren pun melambaikan tangan dengan air mata yang mengalir di pipinya.
“Kukira semua akan terjadi untuk selamanya, Tetapi hanya sebulan kami bersama dan dia pindah ke Kalimantan.” Kata Aren dalam hati. Cukup jauh memang tapi Aren masih menyimpan kenangan yang di berikan oleh Annie, yang bertuliskan “FRIEND”. Dengan suara terkeras Aren, diapun berteriak ke lautan “Aku Akan Selalu Mengingatmu Meskipun Pertemanan Kita Hanya Sebulan”.
TAMAT
Cerpen Karangan: Fadhil Alanshory

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar